jump to navigation

A Dancing Poem of Friendship December 8, 2010

Posted by tantikris in poem.
2 comments
Dance, hold my hands.
The music starts the rhythm beats.
The lovely smiles add up the cheers.
The joyful heart light up the spirits.

 

Dance, step your feet along with the melody.
Let the motion be the vibrant ectasy.
Adjust your steps with the mate’s move charily.
Together it will make the perfect harmony.

 

Dance, make your move and enjoy the beat.
Leave it all behind your sorrow and grief.
A friend will be pleased to be shared in happiness.
And someone to cherish when you are in sadness.

 

Dance,spin around, let your mate lead you.
Holding hands tight and you won’t be slipped.
Trusting each other is a key in friendship.
Affections and respect be needed in companionship.

 

Dance, adjust your move by the music.
Follow the beat and sense the motion.
Friendship is about a dynamic relation,
applying the art of handling up and down emotion.

 

Dance, let your soul follow the tune.
don’t let this moment be gone to soon.
Time and distance are not the barrier
to have a friendship that last forever.

You Are on My Pray November 4, 2010

Posted by tantikris in poem.
add a comment
You are on my pray,
I am with you on your misery.
I could sense your dismay,
when trial came as a mistery.

 

I pray for your courage,
I pray for your strength.
So your fear will fade away,
and strong enough to overcome your hard days.

 

I pray for your health,
I pray for your emotion.
Wish that weakness never come,
just keep strong and stand still.

 

I pray for your serenity
to be calm though in disaster.
May you’ll be granted with wisdom
to act properly during any situation

 

I pray for your faith,
may you never loose hope.
I pray for your safety
and leave you in Thy Mighty Hands.

 

I pray for endurance,
I pray for survival during the trial.
When this all disaster end
we will see the silver lining/

 

You are on my pray,
on my thoughts in night and day.
Though distance keep us away,
all my heart with you to stay.

Sampai Masa Tuamu……… October 26, 2010

Posted by tantikris in reflection.
8 comments

Belakangan ini ada sesuatu yang selalu mengusik pikiranku. Tiga hari dalam seminggu, pada tiap perjalananku ke kampus di pagi hari, mataku selalu terpaku pada sosok yang ada di traffic light di suatu pertigaan jalan. Seorang nenek yang berperawakan kecil dan kurus agak bungkuk, rambutnya putih disanggul kecil sekadarnya, memakai kain batik dan kebaya katun kusam berdiri menjajakan koran, menghampiri tiap mobil yang berhenti pada waktu lampu merah.

 

Satu saat kulihat dia sedang terbungkuk-bungkuk berlari kecil menawarkan korannya pada mobil-mobil yang sedang berhenti saat lampu merah. Kali lain kulihat dia duduk di pembatas jalan, mengusap keningnya yang berpeluh dengan ujung kebayanya yg lusuh, Tubuhnya tampak renta, wajahnya lelah, kulitnya keriput kecoklatan terpanggang matahari. Dari kejauhan tak bisa kupalingkan pandanganku darinya tanpa membuat mataku menjadi merah, panas, bahkan menitikkan airmata. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan, posisiku yang berbelok ke kanan dari pertigaan itu, pada jalur yang berlawanan tidak memungkinkanku untuk mendekatinya, membeli korannya, bahkan untuk sekedar melihat sosoknya dari dekat.

 

Biasanya anak-anak mudalah yang berjualan koran di jalanan, kalau nenek itu memutuskan mengambil pekerjaan ini tentu dia punya alasan tersendiri. Seharusnya ini bukan pekerjaan yang tepat untuknya. Mungkin kalau dia berjualan sesuatu di pasar, atau ditempat yang menetap tidak harus berlari-larian ditengah jalan dibawah terik matahari  Surabaya yang panas seperti ini akan lebih baik untuk fisiknya yang renta. Aku tidak tahu alasannya tapi  aku sangat respek karena dia mencari nafkah dengan cara yang halal. Meskipun, tak bisa kupungkiri hal itu juga yang membuat hatiku seolah  terasa tersayat, mengapa nenek serenta itu masih harus bekerja sekeras itu?

 

Setiap melihatnya berbagai pikiran selalu berkecamuk di benakku : jalanan bukan tempat yang aman untuknya, panas matahari, asap kendaraan bermotor akan mengganggu kesehatannya. Capekkah dia? Apa dia pusing karena kepanasan? Dimana dia berteduh kalau hari hujan? Apa dia sudah makan pagi ini? Berapa banyak rejeki yang didapatnya hari ini? Cukupkah untuk hidupnya? Dimana dia tinggal? Siapa yang merawatnya? Sehatkah dia hari ini? Bahkan menuliskannya lagipun membuat tenggorokanku terasa panas dan tercekat, tak sepantasnya seorang nenek bekerja di jalanan seperti itu.

 

Aku mencoba berpikir positif tentangnya, untuk mengusir kegundahan hatiku. Hanya karena dia renta dan harus bekerja keras bukan berarti dia tidak berbahagia kan? Hati orang siapa yang tahu? Mungkin dia memang miskin harta tapi bisa jadi dia kaya akan kasih sayang dan semangat hidup, itulah yang membuatnya tetap aktif bekerja? Dia pantang untuk meminta-minta, dia tidak minta dikasihani, dia hanya bekerja mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya. Aku belajar darinya tentang arti giat bekerja dan semangat hidup.

 

Apapun alasannya, kisah nenek ini adalah realita yang ada disekitar kita, dia bukan satu-satunya. Keadaan membuat mereka harus menjalani  masa tuanya dengan bekerja keras mencari nafkah. Dibeberapa negara yang kukunjungi aku memang melihat banyak pula para lansia yang masih bekerja, tetapi pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang sesuai dengan kondisi fisiknya, biasanya juga merupakan pekerjaan paruh waktu.

 

Di negara-negara maju para lansia itu  disebut sebagai senior citizen kata itu terasa mengandung suatu penghormatan, dan untuk itulah mereka mendapat perlakuan yang khusus di beberapa sektor publik. Salah satu contoh adalah di kendaraan umum, di luar negeri, deretan kursi yang paling dekat pintu masuk selain diperuntukkan bagi  orang yang punya cacat fisik  juga diutamakan untuk para lansia, hal ini yang belum kutemukan di negara kita tercinta ini. Mereka diberi tempat khusus bukan karena kasihan tetapi merupakan suatu penghargaan,  bentuk ungkapan  memperhatikan kebutuhan mereka sesuai kondisi fisiknya.

Tapi benarkah bangsa kita belum memberikan perhatian pada para lansia?

(more…)

I Love Mondays October 12, 2010

Posted by tantikris in I love Mondays.
3 comments

Garfield si kucing gendut pemalas terkenal dengan pernyataannya : “I hate Mondays”. Tak hanya Garfield, sebagian orang rupanya sependapat dengannya. Akhir pekan  yang identik dengan istirahat dan santai telah berakhir lalu datanglah hari pertama di minggu baru, wuaah… kebayang deh pekerjaan dan tugas-tugas yang menanti…. Oh tidaaaaakkk…. 😀

Aku sering heran, kenapa  kalau hari Senin pagi lalu lintas relatif lebih padat, ramai, bahkan cenderung macet dibanding hari-hari kerja lainnya? Padahal kan, hari-hari selanjutnya mereka tetap menggunakan jalan yang sama? Baik yang sedang menuju ke sekolah, atau ke tempat kerja?

 

Apa sih istimewanya hari Senin dibanding hari-hari lainnya?

Apa karena Senin itu hari pertama, awal minggu?

Apa karena yang pertama biasanya jadi istimewa?

Apa karena yang di awal, yang terdepan itu biasanya dipandang spesial?

Tapi anehnya, buat Garfield dan sebagian (besar) orang, hari pertama yang istimewa tadi kok sekaligus tidak diharapkan kedatangannya ya?

 

Meskipun aku tidak membenci hari Senin tapi kadang sebel juga rasanya kalau akhir pekan sudah berlalu dan kesibukan menghadang di Senin awal minggu yang baru. Tapi, rasanya Seninku di waktu-waktu mendatang ini bakalan jadi hari-hari Senin yang “tidak biasa” kalau tidak bisa dikatakan spesial. Tidak biasa, karena sejak bulan lalu, aku mendapat kesempatan kembali jadi mahasiswi dengan jadwal kuliah di hari Senin yang dimulai pada pukul 7 pagi…. (uuh…plisss deh), tapi jadi spesial karena ada beberapa hal yang kudapatkan didalamnya, aku belajar tentang banyak hal !

Aku bersyukur dan senang punya kesempatan untuk terus belajar, apalagi dalam pendidikan formal. Kalau tidak di-recharge dan belajar terus, wawasanku tak akan berkembang, merasa sudah tahu semuanya, lalu pengetahuan yang kubagikan pada sesamapun mungkin dangkal dan tak bermakna. Lihat perkembangan ilmu pengetahuan, semakin belajar lebih banyak, semakin aku sadar kalau masih banyak lagi yang belum kuketahui.

Tidak hanya dari aspek materi bidang ilmu, sesuatu yang kudapat sejak senin pagi awal semester ini membuka cara pandangku terhadap logika sains dan berbagai filosofinya. Ini waktunya untuk belajar banyak hal tak ‘sekedar’ ilmu, rasanya cocok deh kalau meminjam slogannya sebuah toko buku : “Enlarging mind, expanding horizon” .

Segala sesuatu tentang belajar sebenarnya adalah sesuatu yang memberi arti dalam kehidupan. Orang bijak mengatakan tentang belajar sepanjang hayat, long life education. Proses belajar tidak hanya terjadi saat seseorang menempuh pendidikan formal, proses belajar dalam setiap aspek kehidupan adalah sesuatu yang dilakukan setiap orang dalam tiap fase kehidupannya, entah disadari atau tidak. Hal yang membedakan adalah masing-masing pribadi punya kemampuan yang berbeda dalam proses belajar tersebut.

Nah, hari Senin buatku saat ini adalah hari yang menyenangkan jadi aku tidak setuju dengan Garfield dan memberi  judul posting ini   I LOVE MONDAYS. Aku sedang belajar beberapa hal dan ingin membagikannya, jadi aku memutuskan untuk menulis lagi dan memberi tag baru I love Mondays.  😉

Nah, kalian sedang belajar tentang apa sekarang ini?

Mau belajar bersamaku?

Yuuukkk….

 

 

Gambar diambil dari sini

How Do You Keep The Music Playing? April 17, 2010

Posted by tantikris in music.
8 comments

Buat sebagian orang musik adalah sesuatu yang memberi sukacita dan mewarnai hidupnya, aku termasuk diantaranya. Aku sih bukan penyanyi apalagi musisi professional tapi musik adalah sesuatu yang sangat berarti dalam hidupku yang kunikmati hampir setiap hari, baik sekedar bersenandung, memainkan alat musik atau mendengarkan lagu-lagu dari radio, kaset atau CD. Melalui musik banyak hal yang bisa diekspresikan,  ungkapan sedih dan suka, bahkan pujian untuk kemuliaan Tuhan.

Seperti juga sesuatu yang menarik  biasanya terekam dalam ingatan, lagu-lagu tertentu memberi memori bagiku sehingga pada berbagai peristiwa yang kualami sering pikiranku langsung mengaitkannya dengan melodi dan lirik lagu-lagu tertentu.

Menikmati musik buatku adalah sesuatu yang menyenangkan, it’’s like feeding the soul with a spirit. Kalau bisa, jangan sampai musik itu berhenti mengalun, bila memungkinkan bisa dinikmati lebih lama itu akan terasa sangat menyenangkan.

How do you keep the music playing?

How do you make it last?
How do you keep the song from fading  too fast?

Kadang kalau sedang ada lagu yang kusukai, aku bisa memutarnya berulang-ulang untuk menikmatinya, mendengarkan, memainkan atau menyenandungkannya…hehe.. kalau kaset bisa sampai keriting tuh pitanya.

How do you keep the music playing? Ini adalah judul lagu yang  setahuku  awalnya dinyanyikan oleh James Ingram dan Patti Austin (1982).

How do you keep the music playing?
How do you make it last?
How do you keep the song from fading too fast?

How do you lose yourself to someone
and never lose your way?
How do you not run out of new things to say?
And since you know we’re always changing
How can it be the same?

And tell me how year after year
You’re sure your heart won’t fall apart
Each time you hear his name?

I know the way I feel for you is now or never
The more I love, the more that I’m afraid
That in your eyes I may not see forever, forever

If we can be the best of lovers
Yet be the best of friends
If we can try with every day to make it better as it grows
With any luck than I suppose the music never ends

Bagaimana kau menjaga supaya musik tetap mengalun, tidak segera hilang memudar berlalu?

Ini tidak semata tentang musik tapi tentang sesuatu yang bermakna bagi jiwa, ditengah berbagai perubahan yang selalu akan dialami, bagaimana menjaganya agar tetap mengalun bernada?

Bagaimana menjaga cintamu tetap bernada, tidak memudar bahkan menghilang entah kemana?

Masa berlalu tahun berganti, perubahan pasti terjadi. Cinta itu mungkin bukan lagi api yang berkobar menyala-nyala, waktu telah mengubahnya menjadi bara. Dia tidak hilang, bentuknya saja berubah tapi tetap terasa panasnya. Banyak hal kau kenali tentang dirinya ternyata tidak seperti yang kau kira, dia tetap misteri, tapi misteri yang kian terselami.

Waktu berjalan, cinta telah menautkan hatimu, memadukannya dalam hidup bersama. Bila bisa menjadi kekasih hati yang sekaligus juga teman dan sahabat yang baik, bila terus bersama, saling memberi dan menerima, dengan penuh keyakinan, maka cinta itu akan terus bernada, musik itu akan terus mengalun indah.

 

So, how do you keep your ‘music’ playing?

Bagaimana menjaga cintamu tetap bernada, tidak memudar bahkan hilang entah kemana?

Bagaimana menjaga imanmu tetap bertahan, terus bertumbuh tidak menurun bahkan hilang karena kompromi dengan dunia?

Bagaimana menjaga semangatmu tetap menyala, tidak meredup bahkan hilang tiada daya?

Setiap orang punya caranya masing-masing, biarkan musik itu tetap bernada mengalunkan melodi yang memberi kebahagiaan dan ketentraman jiwa.

If we can try with every day to make it better as it grows
With any luck than I suppose the music never ends

(17 April 2010, aku bersyukur atas musikku, kiranya tak henti mengalun  senantiasa )

 

 

 

Daddy’s Blossoms February 5, 2010

Posted by tantikris in poem.
5 comments

This is your orchid Dad, I saw it this morning bloom in our garden.
You used to be the gardener, taking care of them with your affection.
Eventhough you have gone, amazingly they keep blossom day by day.
They showed compassion, expression of love that never end day by day.
 
This is your orchid Dad, pretty and wonderful remind me of your love.
I picked them up, put on your graveyard, leave them with all my love.
The orchid keep blossoms, so does the memory of you in my heart.
As lovely as this blossoms that will last forever in my heart .

Lost in Your Eyes November 23, 2009

Posted by tantikris in poem.
4 comments
I could see the stars glowing in your eyes,
in the way you look at me that made me feel so nice.
I could feel the peace when I see your smile,
the serene it brings stay longer in my heart more than  just a while.
 
I could see so much love shining in your eyes,
when you look at me even just a glance.
It said the words “I love you” that never came out,
but clearly understood as a silent shout.
 
We were so young and innocent when we fell in love,
blind and clueless  but I had my faith.
From the first time I knew you are the one that I love,
someone I would share all my life with.
 
Then we pledge our faithfulness each other,
wish that it will be last forever.
My tears were rolling when I heard you said your promise,
your eyes were hazy when you heard me said my promise.
 
“I take you as my wife – I take you as my man,
to have and to hold from this day forward,
for better-for worse, for richer-for poorer, in sickness or in health,
to love and to cherish, ‘till death do us part”.
 
Day by day, time goes by, we live our life,
our love stay still and safely keep alive.
Learning each other in many kinds of ways,
experiencing love in such a various ways.
 
It sometimes took us to a stormy weather,
it sometimes took us to a quiet stream.
It’s not like in the fairy tale love happily ever after,
but the happiness it brings is real more than I have dream.
 
I then realize how you translate your love to me,
by your caring rather than by words  that flattered me.
Often it expressed by simple acts but bring so many meaning,
or sometimes by funny things that made me laughing.
After so many years, still I can see so much love shining in your eyes,
sparkling when you look at me even just a glance.
How grateful we have each other, wish it never be apart,
let this feeling stay forever ‘till death do us part.
* The candid pictures were taken at Temple of Heaven, Beijing, October 23, 2009

Lost in Classification November 9, 2009

Posted by tantikris in story.
8 comments

Manusia sering membuat berbagai klasifikasi atau pengelompokan untuk beberapa hal dengan berbagai tujuan. Biasanya sih sesuatu dikelompokkan berdasarkan beberapa karakteristik utama  yang menjadi ciri khasnya. Dalam perkembangannya kadang ada beberapa hal yang tidak terakomodasi dalam kriteria suatu klasifikasi jadi ditambahkan adanya beberapa kelompok baru untuk klasifikasi tersebut. Ada beberapa kelompok yang tampak menonjol dan mendapat perhatian, ada beberapa kelompok yang malah luput dari perhatian.

Di Bangkok aku menemukan sesuatu yang berkaitan dengan klasifikasi gender. Kalau selama ini secara universal dikenal pembagian gender adalah laki-laki dan perempuan, tapi disini aku menemukan sosok yang mestinya masuk kelompok gender laki-laki tetapi berpenampilan dan perilaku seperti perempuan. Apalah itu sebutannya, waria, banci, bences, bencong, transgender, transeksual, mereka kulihat tampak cantik dan gemulai, kadang bahkan lebih cantik dari perempuan asli.

Beberapa tahun lalu, aku sempat berfoto bersama salah seorang dari mereka setelah nonton cabaret show di Bangkok. Wah, aku kalah cantik, banget !!..hihihi… kalau nggak lihat jakun yang ada di lehernya, siapa mengira dia bukan perempuan tulen? Orang bilang Bangkok memang ‘surga’nya kaum transeksual untuk operasi atau mempercantik penampilannya. Kalau dulu mereka hanya kujumpai di tempat show kabaret, entah kenapa pada kunjungan kali ini rasanya makin banyak kujumpai mereka diberbagai tempat dan berbagai profesi, memunculkan berbagai pertanyaan yang hanya bisa kusimpan dalam hati. 

Pertanyaanku bermula dari apa status mereka yang tertulis di kartu identitasnya ya? Male? Female? Atau ada klasifikasi baru : shemale? Apakah mereka menderita dalam keadaannya yang tidak sesuai kodrat? Apakah mereka lebih berbahagia dengan operasi transeksual dan penampilan barunya, apa tidak ada masalah baru yang timbul karenanya baik fisik maupun psikis? Berapa banyak sih sebenarnya mereka itu, apakah benar jumlahnya bertambah banyak dari waktu ke waktu atau sebenarnya tetap saja tetapi mereka mulai eksis dalam berbagai sisi kehidupan? Seberapa jauh masyarakat sekitar menerima keberadaan mereka?

(more…)

Lost in Translation November 3, 2009

Posted by tantikris in story.
8 comments

Berbicara dan berkomunikasi  dalam bahasa asing yang bukan bahasa ibu bukanlah hal yang mudah untuk sebagian besar orang. Salah menterjemahkan, bisa salah artinya, yang kadang-kadang bisa berakibat fatal. Tidak jarang pula, ada kata-kata yang sama tapi ternyata artinya bisa berbeda jauh.

Urusan dengan bahasa ini kualami dalam perjalanan kami ke Bangkok dan Beijing beberapa waktu lalu. Seperti diketahui, dua negara tadi punya alfabet khusus dalam bahasa tulisnya, yang dua-duanya tidak kupahami. Belum lagi bahasa verbalnya yang buatku tidak saja asing dalam kata-katanya tapi juga nada pengucapannya (tentunya begitu pulalah mereka memandang kami bila sedang bicara bahasa Indonesia atau bahasa Jawa). Nah, tentu saja yang diandalkan adalah penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.

Saat berada di Bangkok, tidak terlalu masalah karena di sektor publik, relatif banyak orang yang menguasai bahasa Inggris, meskipun dengan aksen Thai yang kental, tidak heran karena kota ini adalah salah satu kota wisata dan bisnis yang terkenal di kawasan Asia. Tapi kami mengalami masalah waktu berada di Beijing yang dimulai sejak kedatangan pada waktu cek in di hotel.  

Tidak ada masalah pada waktu kami menyodorkan print out reservasi via internet, paspor dan lain-lain, sang resepsionis hanya sedikit berkata-kata dan memeriksa reservasi kami di komputer. Masalah tiba waktu dia dengan terbata-bata berbicara -dalam bahasa Inggris beraksen Cina yang susah dipahami- bahwa kamar yang kami pesan tidak tersedia malam itu, baru bisa besok malam. Lho kok?

(more…)

When Was The Last Time You…..? September 29, 2009

Posted by tantikris in poem.
3 comments

Who help you grew up to be as you are today?


Who love you for no granted never ending day by day?


At the time you were exist their life turned into shift.


At the time you were born you were their precious gift.


 


By them you were delivered into this world.


They keep you protected from any harm in this hard world.


By them you were raised with all efforts without any groan.


They keep you directed so that you could stand by your own.


 


When you grew up they don’t sing you lullaby anymore,


but their pray for you keep continue more and more.


Wishing you all best thing for your goodness,


watching you succeed is their pride and happiness


 


They deserve to have respect and honor,


as a respond of what they have been doing.


Even they don’t expect it as an exchange,


how can you express  your grateful love and caring?


 


There are many ways to show your love and attention.


Honor your parents could be done in several definitions.


Some people said it’s not the quantity you should mention


But it’s the quality you should pay attention


 


I will see it from one simple thing,  which makes me ask and wondering :


 


When was the last time you spent your time with your mother?


When was the last time you spent your time with your father?


I mean really spent not just being together?


And how long does it takes do your time you spent together?


 


When was the last time I spent my time with my mother?


Just recently, the full seven days on my holiday


I look after her in her sickness condition all day.  


A little bit ashame that actually it wasn’t something I intended to do


but regarding to some circumstances so no choice I have to do.


I look at it as a blessing in disguise so that we could spent our time together,


I’m grateful I have a chance to have a moment of being together


 


When was the last time I spent my time with my father?


Almost a year ago, for a week vacation  when I come home to our hometown.


There was a time I remember when just the two of us went out to downtown.


We were so excited having our father-daughter moment,


so then I was thinking and planning to do it more often.


But unfortunately, my wish could not be achieved,


because at the end of the month he passed away and left me in grieve.


Our father-daughter moment that afternoon was our last precious time I will always remember,


it became a sweet memory that will last forever.


 


When was the last time you spent your time with your mother?


When was the last time you spent your time with your father?


It’s just a simple thing to show your honor.


Be grateful when you still have the time to do it.


Be joyful and be blessed when you have the chance to do it.


 


Honor you father and your mother, so that you may live long


in the land the LORD  your God is giving you.


(The Fifth Commandments)